04 Januari 2009

20 Desember 1982

Mengusik tanggal kelahiran seseorang yang hanya dua pekan bersama, tidak sekadar butuh waktu untuk melupakannya. Sejak pertemuan itu, ada perseturuan yang terkadang tidak bisa kami pahami secara baik, entah detik malam pasti akan terjadi dan terlihat dengan raut yang saling murung. Berangkat dari cerita ini, di awali atas "cemburu buta" melihat situasinya rumit, tiba tiba datang seorang kurcaci berkepala botak dengan seolahnya menjadi terbaik di mata pujaan ku. Mungkin ini sebuah kamuflase atau sekadar mengerti rasa ini yang sulit melupakan hati dan pengkhianatan itu. Jika bayang perempuan itu ku sebut "ibu" datang dan menolehkan muka, tandanya kemenangan pada pecundang itu, bahkan kekecawaan ku harus bertahan hingga tidak akan berubah. Malam ini, ku berbincang dengan beberapa kawan, dan kebetulan kasusnya tidak jauh beda dengan apa yang ku alami. Ia masih "Sayang sama aku" itu di akui di sebuah restoran di jalan andi pangeran pettarani, dengan ujung pertemuan. Ia beranjak tanpa ucapan salam dan sentuhan yang sebelumnya menjadi obat tidurnya di malam hari.

"maaf, jika aku tertidur dan menunggu di bawah batu nisan"

Tidak ada komentar: