Mundur Tanpa Berita disingkat MUNTABER. Dari kata ini, kita bisa menyebutnya semacam penyakit, tetapi lain halnya ketika kata ini digunakan sebagai bentuk kecolongan terhadap informasi. Menelaah kata MUNTABER, seolah-olah menghantar kita pada dunia sarang penyakit yang terkadang segelintir menyebabkan kematian. Namun, sisi lainnya sangat peka dengan kinerja seseorang baik yang berprofesi maupun tidak sama sekali.
Seputar kehidupan masyarakat, ada pula kata GOSIP dan ISU. Berangkat dari kata tersebut, informasi mulai berangsut kesana kemari. Bahkan ada yang biasanya sekadar memberi tanpa penjelasan, masih ragu atau dengan menambah-nambah hal-hal yang bisa menimbulkan kecurangan, tidak efisien.
Melirik para pakar manajemen strategi memberikan tips sederhana untuk mengkaji informasi : check, re-check, cross check dan final-check. Sangat berbahaya jika seorang pemimpin tidak bisa melakukan tips-tips sederhana ini. (Kutipan Manajemen Kecerdasan, Taufik Pasiak).
Bagi saya, dan kebanyakan orang mempelajari dan mencari informasi. masih tergantung dari perintah atasan. Kurangnya insiatif, atau pematangan disiplin yang belum terealisasi. Mungkin saja, saya pun demikian.
Bagi saya, dan kebanyakan orang mempelajari dan mencari informasi. masih tergantung dari perintah atasan. Kurangnya insiatif, atau pematangan disiplin yang belum terealisasi. Mungkin saja, saya pun demikian.
Dengan muntaber inilah, saya berpikir dan bertanya pada diri. Jika memang demikian informasi yang kita dapatkan dan memiliki data-data yang akurat, tajam dan terpercaya. Seperti halnya meminjam slogan SCTV.
Ide atau singkatan kata ini, menjadi istilah dan kekuatan untuk tetap optimis. Mengapa ada orang yang sukses dan gagal? Ada banyak jawaban untuk ini, dan meninjaunya bisa dari beragam perspektif.
Andai saja informasi seperti Jelangkung “datang tak dijemput pulang tak diantar”, maka santailah kita sambil menunggu hari esok, esok dan esok lagi. Ini bukan aturan, paksaan atau himbauan, tetapi layaknya tentang bisik-membisik yang sering kudengungkan kepada keluarga dan kawan-kawan ku.
Mungkin karena sedemikian istimewanya, saya berupaya menjalani istilah ini dengan Don’t MUNTABER. Jika anda mendengar informasi, siapa orang pertama yang ingin tahu lebih dahulu. Sanak kelurarga, rekan kerja atau sahabat karib. Dari pilihan ini, tidak menjadi acuan, saya pun punya alasan sendiri.
Sementara informasi yang kian merangsang kita dari berbagai konsep, memaksa kita untuk menjaring sebanyak mungkin. Dengan begitu, mundur tanpa berita, berarti kecolongan. Nah, saya berupaya menyatukan keragaman kita dalam memberi informasi. tanpa memberi keterangan data yang super nota bene. Mengapa demikian, ini bukan barang baru yang harus kita jual kepada siapa saja, tetapi menciptakan keselarasan terhadap rukun seprofesi. Mungkin saja, saya tidak tahu seperti apa karakter mereka, tapi paling tidak belajar mengenal dan menghormati sesamanya.
Sangat jelas, kita butuh nama dan memegang super champions. Bahkan persaingan tetap jalan sesuai dengan aturan yang kita miliki masing-masing. Bukan berarti, mengajak untuk saling merugi, tetapi bagaimana menguji ketenangan hati dalam berpikir tanpa mengedepankan arogan dan sejenisnya.
Boleh saja, singkat saya. Karena ada penelitian mengatakan, otak manusia tidak bisa dipaksa untuk berpikir sesuai dengan pikiran yang kita inginkan. Bukan soal untuk berbicara plin plan. Ini fenomena bung, yang terlihat dimana saja. Jika informasi itu sangat berharga, maka marilah kita mainkan sesuai irama kita. Ok bung.