Di antara kemasan yang masih miring di kepalaku, banyak gelombang menaruh kegelisahan. Terkadang membuat pertanyaan padaku. Seuntai kelahiran kecil yang kudapat dari seorang ibunda, bukan hal biasa. Melainkan tak biasa. Dengan penuh kejelihan menancapkan keberanian dalam segala hal, tentang berpikir, berbuat apa saja, bertindak seadanya, berakhlak seutuhnya, memberi kepercayaan, bertanggung jawab, bergaul dikalangan para parasit dan benalu, hingga mengenal kota 'lidah' bagi orang-orang yang mencakapnya seperti neraka.
Ke-aku-an ini terasa mengelitik disetiap kuberdiri, antara sebuah tiang hidup dan pertukaran pengalaman dan retorika. Itupun tak bisa menjadi jaminan. Untuk melatih kehidupan ini, bukanlah hal sepele. Tapi bagaimana mengarah dan tak terhambat oleh kebingungan disetiap memandang mereka. Namanya kusandang bak pelangi.
Kegelisahan mencekam diatas kepedulian, mereka tak ada satu yang tahu..sangat jelas. Hanya kepekaan sebuah ucapan yang berdenyut. Menggelitik sembari berbisik. Dengan berlari sejauh mana kaki itu mencapai puncak kebenaran antara jeda dan titik.
Kehadiran sang hitam berkelana putih, sang buram siap membening, hingga setajam tikaman mulai tumpul.
Sederet kata itu, bukan kebohongan. Melainkan mereka hanya dayang-dayang yang datang silih berganti. Semacam sifat, tingkah laku menjadi tabiat. Dengan sepenggal kata, "Selalu ada cemas di medan juang, peluklah ia sebagai rindu agar kesulitan itu rasa cokelat".
Ke-aku-an ini terasa mengelitik disetiap kuberdiri, antara sebuah tiang hidup dan pertukaran pengalaman dan retorika. Itupun tak bisa menjadi jaminan. Untuk melatih kehidupan ini, bukanlah hal sepele. Tapi bagaimana mengarah dan tak terhambat oleh kebingungan disetiap memandang mereka. Namanya kusandang bak pelangi.
Kegelisahan mencekam diatas kepedulian, mereka tak ada satu yang tahu..sangat jelas. Hanya kepekaan sebuah ucapan yang berdenyut. Menggelitik sembari berbisik. Dengan berlari sejauh mana kaki itu mencapai puncak kebenaran antara jeda dan titik.
Kehadiran sang hitam berkelana putih, sang buram siap membening, hingga setajam tikaman mulai tumpul.
Sederet kata itu, bukan kebohongan. Melainkan mereka hanya dayang-dayang yang datang silih berganti. Semacam sifat, tingkah laku menjadi tabiat. Dengan sepenggal kata, "Selalu ada cemas di medan juang, peluklah ia sebagai rindu agar kesulitan itu rasa cokelat".