Sejak aku mengenalnya, banyak gundah yang belum terjawab. Sama halnya, diwaktu pagi ia berangkat dan pulang tanpa pamit. Entah, aku berbisik pada siapa. Bukan kamu, bahkan bukan untuk yang kesekian kalinya. Jika sewaktu masa, ia menjenguk dan menanyakan kabar. Ucapkanlah kata, tentang tikaman setengah rindu.
Semua peradaban ini, datang silih berganti. Seketika ia datang dengan diam, lalu mencoba mencari kehadiran sang penghiburnya. Mungkin ada saja pertemuan itu, yang berbahasa dalam kesaksian. Ataukah aku hanya pemimpi, yang hanya bernafas dan kembali berlari.
Jika ya, biarkan ia lelah. Namun sekali berkata tidak, ia tak ingin melangkah pada kelelahannya. Jiwa saja bisa lelah, untuk datang dan mencari perhentian. Mulai dari ruang pijakan hatinya, hingga kisah yang telah ada dalam kehidupannya.
Jika keharusan hidup, perlu ada ketenaran dan penindasan. Jarak apa yang hendak ditempuh. Bahkan, seruan itu pun tak cukup terdengar.
Semua peradaban ini, datang silih berganti. Seketika ia datang dengan diam, lalu mencoba mencari kehadiran sang penghiburnya. Mungkin ada saja pertemuan itu, yang berbahasa dalam kesaksian. Ataukah aku hanya pemimpi, yang hanya bernafas dan kembali berlari.
Jika ya, biarkan ia lelah. Namun sekali berkata tidak, ia tak ingin melangkah pada kelelahannya. Jiwa saja bisa lelah, untuk datang dan mencari perhentian. Mulai dari ruang pijakan hatinya, hingga kisah yang telah ada dalam kehidupannya.
Jika keharusan hidup, perlu ada ketenaran dan penindasan. Jarak apa yang hendak ditempuh. Bahkan, seruan itu pun tak cukup terdengar.